2013 , Ekspor-Impor Indonesia Masih Hadapi Masalah Serius
Kontras dengan kinerja ekspor, perkembangan
impor barang ke Indonesia pada 2013 diperkirakan akan tetap tinggi dengan
kecendrungan pertumbuhan impor meningkat. Desakan barang-barang impor China
masih akan gencar sebagai akibat terjadinya pengalihan pasar dari Eropa dan
Amerika ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Angga Bratadharma
Jakarta–Kinerja ekspor Indonesia pada 2013
diperkirakan belum dapat pulih sepenuhnya setelah mengalami defisit neraca
perdagangan beberapa kali sepanjang 2012. Apalagi pemulihan krisis Uni Eropa
dan Amerika Serikat menunjukkan tren perbaikan yang lamban ditambah masih
adanya tren penurunan harga komoditas dipasar Internasional.
Seperti
diketahui, hingga Oktober 2012 neraca perdagangan sudah mengalami deifisit
sebanyak lima kali, yaitu bulan April -USD764,7 juta, Mei -USD207,2 juta, Juni
-USD1.286,1 juta, Juli -USD263,9 juta dan Oktober -USD1.547,0 juta.
“Dari
kesemuanya itu, defisit Oktober merupakan yang terbesar dalam lima tahun
terahkir”, kata Ekonom INDEF Enny Sri Hartati, kepada Infobanknews.com, di
Jakarta, belum lama ini.
Enny
menerangkan, dari basis ekspor yang masih bertumpu pada komoditas primer,
perkembangan ekspor pada 2013 diperkirakan masih akan menghadapi tantangan
serius dari pasar global. Hal ini terjadi karena relatif lambannya pemulihan
krisis Uni Eropa dan AS serta tren penurunan harga komoditas di pasar
internasional.
“Masih
ada tantangan yang akan dihadapi. Harga komoditas juga masih mengalami
penurunan atau belum kunjung membaik, setidaknya hingga akhir tahun 2012 masih
tetap terjadi”, jelas Enny.
Enny
menambahkan, kontras dengan kinerja ekspor, perkembangan impor barang ke
Indonesia pada 2013 diperkirakan akan tetap tinggi dengan kecendrungan
pertumbuhan impor meningkat. Desakan barang-barang impor China masih akan
gencar sebagai akibat terjadinya pengalihan pasar dari Eropa dan Amerika ke
Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Jumlah
penduduk Indonesia yang besar merupakan pangsa pasar yang cukup menjanjikan
bagi negara-negara industri yang ingin menjaga momentum pertumbuhan ekonominya.
Namun, Indonesia perlu melakukan berbagai langkah untuk tetap menjadikan
Indonesia sebagai tuan rumah dinegeri sendiri”, jelasnya. (*)
Pendapat saya :
Dalam sektor perdagangan internasional, kebanyakan orang cenderung
mengatakan bahwa ekspor lebih penting dari pada impor. Tetapi teori mengatakan
berbeda.
Dalam teori ekonomi internasional, dikatakan bahwa impor lebih penting
daripada ekspor, karena kebutuhan dalam negeri sebuah Negara tidak dapat
dipenuhi hanya dari negaranya sendiri tetapi terkadang membutuhkan bantuan dari
negara lain. Logikanya, negara tersebut harus menghasilkan devisa untuk
membayar impornya. Salah satu fungsi dari ekspor adalah untuk membiayai impor.
Jadi, secara alamiah impor lebih penting daripada ekspor. Namun impor yang
berlebihan akan mengganggu stabilisasi dari industri dalam negri yang kalah
bersaing dengan kualitas produk dari
luar negri . dampak dari Krisis di Eropa
bagi ekspor impor Indonesia adalah mungkin akan sulit bagi Cina
untuk memasuki wilayah Eropa dikarenakan krisis yang melanda. Yang
dikhawatirkan adalah dengan ditutupnya pasar Eropa karena krisis, maka
barang-barang ekspor Cina akan dialihkan secara besar-besaran ke Indonesia . Serbuan
barang Cina tersebut tentunya akan membuat panik pasar domestik Indonesia.
Karena, diprediksikan akan menurunkan jumlah produksi dan juga penjualan dalam
negeri. Hal ini dapat memicu adanya kerugian finansial serta pengurangan tenaga
kerja (PHK) yang menghasilkan melejitnya tingkat pengangguran. Satu-satunya
cara untuk mengantisipasi keadaan buruk ini adalah dengan menjaga daya saing
dan juga pasar domestik dalam negeri .
referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar