Senin, 08 April 2013

Ekspor-Impor Indonesia Masih Hadapi Masalah Serius


2013 , Ekspor-Impor Indonesia Masih Hadapi Masalah Serius

    Kontras dengan kinerja ekspor, perkembangan impor barang ke Indonesia pada 2013 diperkirakan akan tetap tinggi dengan kecendrungan pertumbuhan impor meningkat. Desakan barang-barang impor China masih akan gencar sebagai akibat terjadinya pengalihan pasar dari Eropa dan Amerika ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Angga Bratadharma


Jakarta–Kinerja ekspor Indonesia pada 2013 diperkirakan belum dapat pulih sepenuhnya setelah mengalami defisit neraca perdagangan beberapa kali sepanjang 2012. Apalagi pemulihan krisis Uni Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan tren perbaikan yang lamban ditambah masih adanya tren penurunan harga komoditas dipasar Internasional.

Seperti diketahui, hingga Oktober 2012 neraca perdagangan sudah mengalami deifisit sebanyak lima kali, yaitu bulan April -USD764,7 juta, Mei -USD207,2 juta, Juni -USD1.286,1 juta, Juli -USD263,9 juta dan Oktober -USD1.547,0 juta.

“Dari kesemuanya itu, defisit Oktober merupakan yang terbesar dalam lima tahun terahkir”, kata Ekonom INDEF Enny Sri Hartati, kepada Infobanknews.com, di Jakarta, belum lama ini.

Enny menerangkan, dari basis ekspor yang masih bertumpu pada komoditas primer, perkembangan ekspor pada 2013 diperkirakan masih akan menghadapi tantangan serius dari pasar global. Hal ini terjadi karena relatif lambannya pemulihan krisis Uni Eropa dan AS serta tren penurunan harga komoditas di pasar internasional.
 
“Masih ada tantangan yang akan dihadapi. Harga komoditas juga masih mengalami penurunan atau belum kunjung membaik, setidaknya hingga akhir tahun 2012 masih tetap terjadi”, jelas Enny.

Enny menambahkan, kontras dengan kinerja ekspor, perkembangan impor barang ke Indonesia pada 2013 diperkirakan akan tetap tinggi dengan kecendrungan pertumbuhan impor meningkat. Desakan barang-barang impor China masih akan gencar sebagai akibat terjadinya pengalihan pasar dari Eropa dan Amerika ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pangsa pasar yang cukup menjanjikan bagi negara-negara industri yang ingin menjaga momentum pertumbuhan ekonominya. Namun, Indonesia perlu melakukan berbagai langkah untuk tetap menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah dinegeri sendiri”, jelasnya. (*)


Pendapat saya :
Dalam sektor perdagangan internasional, kebanyakan orang cenderung mengatakan bahwa ekspor lebih penting dari pada impor. Tetapi teori mengatakan berbeda.
Dalam teori ekonomi internasional, dikatakan bahwa impor lebih penting
daripada ekspor, karena kebutuhan dalam negeri sebuah Negara tidak dapat dipenuhi hanya dari negaranya sendiri tetapi terkadang membutuhkan bantuan dari negara lain. Logikanya, negara tersebut harus menghasilkan devisa untuk membayar impornya. Salah satu fungsi dari ekspor adalah untuk membiayai impor. Jadi, secara alamiah impor lebih penting daripada ekspor. Namun impor yang berlebihan akan mengganggu stabilisasi dari industri dalam negri yang kalah bersaing dengan kualitas produk  dari luar negri .  dampak dari Krisis di Eropa bagi ekspor impor Indonesia adalah mungkin akan sulit bagi Cina untuk memasuki wilayah Eropa dikarenakan krisis yang melanda. Yang dikhawatirkan adalah dengan ditutupnya pasar Eropa karena krisis, maka barang-barang ekspor Cina akan dialihkan secara besar-besaran ke Indonesia . Serbuan barang Cina tersebut tentunya akan membuat panik pasar domestik Indonesia. Karena, diprediksikan akan menurunkan jumlah produksi dan juga penjualan dalam negeri. Hal ini dapat memicu adanya kerugian finansial serta pengurangan tenaga kerja (PHK) yang menghasilkan melejitnya tingkat pengangguran. Satu-satunya cara untuk mengantisipasi keadaan buruk ini adalah dengan menjaga daya saing dan juga pasar domestik dalam negeri .

referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar